Jum'at Berkah merupakan program CIPSF IAITF untuk menumbuh suburkan semangat bersedekah kepada segenap masyarakat terutama sedekah berbentuk makanan pada hari Jumat. Program ini selain besifat pilantrofis Islam juga memiliki dimensi tradisi atau menghidupkan kearifan lokal masyarakat Meayu Riau. Islam sebagai agama orang Melayu Riau, dijalankan dengan budaya agama yang sangat kental. Budaya agama yang dapat juga disebut dengan peradaban Islam Melayu melahirkan sprit yang kokoh kepada masyarakatnya.
Nilai-nilai ke Islaman selalu dibungkus dengan tradisi kebudayaan tertentu sehingga nilai-niai tersebut menjadi semarak dan melahirkan energi yang besar dalam pengembangannya. Budaya sedekah Jumat sudah merupan amalan bagi orang melayu sejak dahulu. Bisanya pada hari Jumat mereka menyediakan hidangan makan siang kepada Imam, khotib dan beberapa tokoh masyarakat lainnya. Jika mereka memiliki rizki yang banyak biasanya semua jamaah diundang untuk makan siang yang disebut dengan kenduri Jumat. Jika tidak memiliki riski lebih mereka tetap bersedakah biasanya dengan memberikan buah-buahan yang dihantarkan di Masjid. Jenis buah-buahan yang selalu disedekahkan biasanya adalah pisang.
Dalam konteks Islam, kearifan lokal sedekah makanan pada hari jumat ini sesungguhnya dapat dijelaskan sebagai berikut:
(diangkat dari tautan : http://www.voa-islam.com/read/tsaqofah/2017/04/20/50135/sedekah-makan-siang-hari-jumat-amal-kebaikan-dari-tradisi-sahabat/#sthash.mwMpcTm6.dpbs). Sebagaimana Firman Allah SWT:
وَيُطْعِمُونَ الطَّعَامَ عَلَى حُبِّهِ مِسْكِينًا وَيَتِيمًا وَأَسِيرًا؛ إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللَّهِ لَا نُرِيدُ مِنْكُمْ جَزَاءً وَلَا شُكُورًا
“Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya Kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.” (QS. Al-Insan: 8-9)
Allah menyebutkan di antara sifat Ashabul Maimanah (golongan kanan) yang akan masuk surga adalah gemar memberi makan kepada orang tak mampu.
أَوْ إِطْعَامٌ فِي يَوْمٍ ذِي مَسْغَبَةٍ؛ يَتِيمًا ذَا مَقْرَبَةٍ؛ أَوْ مِسْكِينًا ذَا مَتْرَبَةٍ
“Atau memberi makan pada hari kelaparan, (kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat, atau orang miskin yang sangat fakir.” (QS. Al-Balad: 14-16)
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam sangat menganjurkan untuk memberi makan dan menjadikannya sebagai sebab masuk surga.
Dari Abdullah bin Salam Radhiyallahu 'Anhu, berkata: Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ، أَفْشُوا السَّلَامَ، وَأَطْعِمُوا الطَّعَامَ، وَصَلُّوا وَالنَّاسُ نِيَامٌ تَدْخُلُونَ الجَنَّةَ بِسَلَام
“Wahai manusia! terbarkan salam, berilah makan, shalatla saat manusia tidur maka kalian akan masuk surga dengan kesejahteraan.” (HR. Al-Tirmidzi, beliau nyatakan sebagai hadits shahih)
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam pernah ditanya tentang amal Islam yang terbaik. Beliau menjawab,
تُطْعِمُ الطَّعَامَ وَتَقْرَأُ السَّلَامَ عَلَى مَنْ عَرَفْتَ وَمَنْ لَمْ تَعْرِفْ
“Kamu beri makan dan mengucapkan salam kepada orang yang kau kenal dan tak kau kenal.” (Muttafaq ‘Alaih) masih banyak lagi hadits-hadits lain menerangkan keutamaan sedekah memberi makan.
Kegiatan sedekah makan siang setelah Jum’atan bisa menjadi sarana untuk membangun keakraban kaum muslimin dan meningkatkan ukhuwah mereka. Melalui acara ini, pastinya anak-anak juga sangat gembira datangnya hari Jum’at karena akan mendapatkan makanan dari para muhsinin (donatur) sehingga semangat ke masjid.
Sedekah makan siang di hari Jum’at juga pernah ada di zaman Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Disebutkan dalam Shahihain, dari Abu Hazim Radhiyallahu 'Anhu, dari Sahal Radhiyallahu 'Anhu berkata,
قَالَ كُنَّا نَفْرَحُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ قُلْتُ وَلِمَ قَالَ كَانَتْ لَنَا عَجُوزٌ تُرْسِلُ إِلَى بُضَاعَةَ قَالَ ابْنُ مَسْلَمَةَ نَخْلٍ بِالْمَدِينَةِ فَتَأْخُذُ مِنْ أُصُولِ السِّلْقِ فَتَطْرَحُهُ فِي قِدْرٍ وَتُكَرْكِرُ حَبَّاتٍ مِنْ شَعِيرٍ فَإِذَا صَلَّيْنَا الْجُمُعَةَ انْصَرَفْنَا وَنُسَلِّمُ عَلَيْهَا فَتُقَدِّمُهُ إِلَيْنَا فَنَفْرَحُ مِنْ أَجْلِهِ وَمَا كُنَّا نَقِيلُ وَلَا نَتَغَدَّى إِلَّا بَعْدَ الْجُمُعَةِ
“Kami sangat gembira bila tiba hari Jum’at.” Saya (Abu Hazim) bertanya kepada Sahal: “Mengapa demikian?” Jawabnya: “Ada seorang nenek tua yang pergi ke Budha’ah -sebuah kebun di Madinah- untuk mengambil ubi dan memasaknya di sebuah periuk dan juga membuat adonan dari biji gandum. Apabila kami selesai shalat Jum’at, kami pergi dan mengucapkan salam padanya lalu dia akan menyuguhkan (makanan tersebut) untuk kami. Itulah sebabnya kami sangat gembira. Tidaklah kami tidur siang dan makan siang kecuali setelah jumat.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ringkasnya, sedekah makan siang ‘gratis’ bagi jamaah shalat Jum’at yang di dalamnya ada fuqoro’ dan masakin adalah amal kebaikan yang sangat dicintai Allah. Kegiatan sosial ini akan semakin berkah karena bisa menjadi sebab mempererat tali ukhuwah dan membahagiakan orang-orang susah. Lebih-lebih bisa dijadikan sarana menyampaikan dakwah dan nasihat; jasmani dan rohani sama-sama dapat nutrisi. Wallahu A’lam.