Sunday, March 29, 2020

Covid-19: Harapan di Belenggu


Oleh: Tiara Rinanty
Di penghujung tahun 2019, ketika bumi mencapai titik akhir dari perputaran porosnya. 7 miliar manusia di seluruh penjuru dunia bersuka cita, menyambut baik kedatangan tahun 2020. Euforia begitu terasa di malam itu, orang-orang berpesta pora merayakan tahun baru. Melepaskan harapan dan impian bersama pancaran cahaya kembang api di langit malam yang dipenuhi oleh bulan dan bintang-bintang, berharap kehidupan di tahun 2020 jauh lebih baik daripada tahun sebelumnya. Memulai lembaran baru dengan harapan bahwa kebahagiaan akan selalu menyertai. Namun sepertinya, harapan hanya tinggal harapan. Ekspektasi tinggi yang dibangun ternyata tinggal mimpi belaka.

Kemunculan virus Corona pertama di Wuhan, salah kota di China mendadak menjadi momok menakutkan bagi masyarakat dunia. Corona jenis baru ini selanjutnya disebut Covid-19 yang memiliki kepanjangan dari Corona (CO), Virus (VI), Disease (D), dan tahun 2019 (19) yang mana virus ini pertama kali muncul di tahun 2019, namun mulai menjadi perhatian dunia sejak 20 Januari 2020. Virus berbahaya ini bisa menyerang siapa saja, baik bayi, anak-anak, orang dewasa, lansia, ibu hamil maupun ibu menyusui. Coronavirus merupakan keluarga besar virus yang bisa menyebabkan penyakit, mulai dari flu biasa hingga penyakit pernapasan paling parah, seperti Sindrom Pernapasan Timur Tengah (MERS) dan Sindrom Pernapasan Akut Parah (SARS). Sehingga mau tidak mau, rela tidak rela, ikhlas tidak ikhlas, kita sebagai calon sasaran penyebaran Covid-19 harus merasakan kekhawatiran setiap pagi menjelang yang rasanya seperti tidak ada kepastian kapan berakhirnya masa "pembersihan" ini.

Harapan untuk hidup damai sepertinya direnggut paksa oleh bencana kali ini. Ratusan ribu korban berjatuhan dalam rentang waktu 3 bulan pasca kedatangan tahun baru, menginfeksi cepat sistem pernapasan yang dapat berujung maut. Tangisan, kecemasan dan ketakutan bercampur aduk menjadi satu. Dunia seakan 'mati' mendadak . Hiruk pikuk kehidupan kini hanya tinggal cerita. Tidak ada lagi jalanan macet karena ramainya kendaraan, orang-orang yang berlalu-lalang beraktivitas ataupun berkumpul bersama menikmati hari kini sudah tidak ada lagi, semuanya terbelenggu di rumah masing-masing dengan rasa kebosanan yang menemani. Orang-orang yang pada awalnya sibuk dengan urusan masing-masing, kini saling berharap dan berdoa agar Covid-19 cepat berakhir.

Cepat membaik, bumiku!
Aku merindukan hiruk pikuk keramaian sesungguhnya.

No comments:

Post a Comment