Tuesday, May 11, 2021

Khutbah Idul Fitri 1442 H: COVID-19 DAN KEDERMAWANAN ISLAM



COVID-19 DAN KEDERMAWANAN ISLAM

 

 Oleh:

Dr. H. M. Rizal Akbar, S.Si, M.Phil

Dosen IAI Tafaqquh Fiddin Dumai

Versi Pdf 

Link Video

disampaikan oleh penulis di Masjid Taqwa Dumai 

Pada Sholat Idul Fitri, 1 Sawal 1442 H/ 13 Mei 2021 M


السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

 

* اَللهُ أَكْبَرُ،     اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ،  * اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ،

* اَللهُ أَكْبَرُ،     اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ،  * وَللهِ الْحَمْدُ،

اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاَ. لآ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ، وَنَصَرَ عَبْدَهُ، وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ اْلأَحْزَابَ وَحْدَهُ.

 

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ, أَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه

 

 اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِينَ وَتَابِعِيْهِمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ.

 

أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ الله، اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.

 

أعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطنِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

 

أَرَءَيۡتَ ٱلَّذِي يُكَذِّبُ بِٱلدِّينِ ١  فَذَٰلِكَ ٱلَّذِي يَدُعُّ ٱلۡيَتِيمَ ٢  وَلَا يَحُضُّ عَلَىٰ طَعَامِ ٱلۡمِسۡكِينِ ٣ فَوَيۡلٞ لِّلۡمُصَلِّينَ ٤ ٱلَّذِينَ هُمۡ عَن صَلَاتِهِمۡ سَاهُونَ ٥  ٱلَّذِينَ هُمۡ يُرَآءُونَ ٦  وَيَمۡنَعُونَ ٱلۡمَاعُونَ ٧

 

 

Alhamdulillâhi Rabbil al-âlamîn, segala pujian milik Allah SWT, Tuhan semesta alam. Shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada junjungan dan suri teladan kita, Rasulullah Muhammad Saw, kepada keluarga dan para sahabatnya serta kepada seluruh umatnya yang senantiasa menaati risalahnya dan berjuang tak kenal lelah untuk menerapkan dan menyebarluaskan risalah itu ke seluruh pelosok dunia hingga akhir zaman.


Pagi ini kita masih lagi merayakan Idul Fitri dalam suasana yang sama seperti tahun sebelumnya. Bersama Covid-19 yang mewabah kemana-mana. Tidak dapat dipungkiri wabah ini benar-benar menjadi ancaman kesehatan dan turut pula merusak ekonomi dan kehidupan sosial keagamaan kita.


Sudah dua kali puasa dan dua kali lebaran wabah Covid-19 masih saja menghalangi kegembiraan Idul Fitri yang biasanya dirayakan dalam suasan yang penuh rindu dendam dengan kedua orang tua ayah dan ibu, saudara abang, adik, kakak, pakcik dan makcik serta handai taulan di kampung nan permai. Mudik lebaran atau balik kampung adalah agenda tahunan yang dirindukan. Merupakan tamasya yang memulihkan kelelahan perantau yang selama ini bekerja memenuhi nafkah kehidupan.  Namun malangnya, pada Idul Fitri kali ini sekali lagi mudik tidak dibenarkan, karena usaha pemerintah menghambat penularan, yang kini semakin parah.


Musibah COVID-19 yang kita rasakan saat ini adalah ujian dari Allah SWT. Ada diantara kita yang saat ini kehilangan orang tua, ibu dan ayah, saudara dekat, teman dan handai tolan serta tentangga yang disebabkan oleh COVID-19 dipanggil oleh Allah SWT. Pagi ini kita tidak dapat lagi menyaksikan senyum ceria, canda dan tawa mereka serta berjabatan tangan saling bermaafan serta menikmati juadah lebaran bersama. Hanya air mata serta lantunan doa kiranya mereka tenteram disisi Sang Maha Kuasa.


Mungkin pagi ini, kegembiraan kita tidak sempurna karena tidak bisa berkumpul bersama dengan seluruh keluarga. Para Ibu Bapa yang tidak dapat menumpahkan rindu kepada anak-anak tercinta, untuk beraya bersama. Bahkan mungkin saja istri dan anak2 yang terpisah dengan suami dan ayahnya akibat pekerjaan dan kini tidak dapat beraya bersma. Anak-anak yang rindu dengan orang tuanya, suadara dan handai taulan dikampung, yang tidak dapat pulang karena larangan mudik pemerintah akibat COVID-19 ini.


Semuanya itu adalah cobaan untuk kita, untuk generasi yang hidup dimasa kita. Karena semua itu tidak pernah dirasakan dan atau menjadi pengalaman nenek moyang kita dimasa lalu. Cobaan COVID-19 ini benar2 spesial untuk generasi kita dimasa ini. Karena ujian itu bukan hanya mengancam kesehatan dan banyak pula yang membawa kepada kematian. Namun ianya juga telah meluluhlantakkan sendi-sendi ekonomi dan kehidupan sosial keagamaan kita.


Ekonomi lumpuh, banyaknya usaha yang bangkrut. Akibat pembatas aktifitas, berdampak pula pada pengangguran dan PHK, daya beli masyarakat yang melemah juga berkontribusi pada menurunnya pendapatan Usaha baik besar maupun kecil dan menengah, sehingga kondisi kemiskinan masyarakat menjadi semakin parah dan sulit untuk diatasi. Dalam kondisi itulah kita merayakan idul fitri 1442 H ini.


اللهُ أكْبَرُ، اللهُ أكْبَرُ، الله أكبر وَللهِ الْحَمْدُ.

Maâsiral Muslimîn rahimakumulLâh

Disaat kita dan keluarga menikmati juadah hari raya boleh jadi ada tetangga kita yang tidak mampu menyiapkan apuan hidangan di pagi raya. Anak2 yatim dan piatu yang  boleh jadi baru saja kehilangan orang tuanya disebabkan wabah ini, alangkah sedih dan terpukul nya mereka, demikian pula halnya dengan para janda yang baru saja kehilangan suami mereka, betapa lebaran ini amat memilukan dihati mereka.


Untuk itulah kedermawanan Islam, atau pilantropi Islam menjadi sangat penting untuk menjawab berbagai persoalan umat dimasa COVID-19 saat ini. Bukankah Allah SWT telah menyatakan kepada kita sebagaimana Surat Al-Maun ayat 1-7 sebagaiman yang telah dibacakan diatas yang Artinya: Tahukah kamu orang yang mendustakan agama. Maka itulah orang yang menghardik anak yatim. Dan tidak mendorong memberi makan orang miskin. Maka celakalah orang yang sholat. Yaitu orang-orang yang lalai terhadap sholatnya. Yang berbuat riya. Dan enggan memberikan bantuan.


Surat ini diberi nama Al-Maun atau bantuan, dipetik dari ayat ke tujuh dan terakhir dari suart ini. Al-maun berasal dari kata al ma’n atau kata ma’unah yang artinya bantuan. Menurut Saidina Ali bin Abu Thalib, al maa’uun adalah zakat. Sebagian sahabat Nabi mengatakan al maa’uun adalah sedekah. Ibnu Mas’ud mengatakan al maa’uun adalah barang yang biasa dipinjamkan. Sedangkan Ikrimah merangkum semua pendapat itu. Ia menjelaskan bahwa puncak al maa’uun adalah zakat mal sedangkan yang paling rendah adalah meminjamkan peralatan rumah tangga.


Surat Al-mauun menjelaskan kepada kita bahwa memeliharaa anak yatim dan membantu orang miskin yang merupakan bentuk kedermawanan Islam (Pilantropi Islam) yang penting dimiliki oleh seorang muslim. Bahkan kedermawanan itu memiliki konsekuensi terhadap eksistensi Agama dan Sholat se-seorang. Se-seorang yang tampil dengan wajah agama, rajin kemasjid bahkan tidak ketinggalan dalam mengikuti pengajian, hanyalah pendusta jika ia tidak peduli dengan nasib kaum dhuafa anak yatim dan orang-orang miskin dilingkungannya.


Bahkan Surat ini mengutuk kecelakaan bagi orang yang sholat, yakni orang-orang yang sholatnya untuk mengeksperikan kesholehannya pada orang lain, supaya dia dipercaya, dipandang taat Bergama, sehingga masyarakat menambatkan harapan kepadanya, menjadikannya pemimpin  untuk kalangan mereka. Padahal tidak ada kesan atas Sholatnya itu, yakni kesan sosial berupa kedermawanan, tidak peduli dengan dhuafa, anak yatim dan orang-orang miskin. Bahkan lebih parah dari itu, terkadang banyak kita jumpai orang-orang yang sangat taat dalam beribadah, dengan tampilan kesholehan yang sangat meyakinkan namun dzholim terhadap bawahannya memakan hak-hak mereka para bawahan yang lemah, menghalalkan segala cara untuk mendapatkan posisi dan jabatan, dan setelah memiliki jabatan bersikap rakus dan korupsi pula.


اللهُ أكْبَرُ، اللهُ أكْبَرُ، الله أكبر وَللهِ الْحَمْدُ.

Maâsiral Muslimîn rahimakumulLâh

Sebagai mana firman Allah dalam Surat Al-Insan, 8-9 :

وَيُطۡعِمُونَ ٱلطَّعَامَ عَلَىٰ حُبِّهِۦ مِسۡكِينٗا وَيَتِيمٗا وَأَسِيرًا ٨ إِنَّمَا نُطۡعِمُكُمۡ لِوَجۡهِ ٱللَّهِ لَا نُرِيدُ مِنكُمۡ جَزَآءٗ وَلَا شُكُورًا ٩

Artinya: Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim, dan orang yang ditawan. Sesungguhnya Kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih”. (QS. Al-Insan: 8-9)


Ayat ini menjelaskan tentang kedermawanan, bahwa kedermawanan itu bertujuan hanya mengharapkan keridhoan Allah SWT. Selain itu, kedermawanan Islam merupakan cerminan beragama bagi seorang muslim. Rasullulloh SAW dan para sahabatnya telah mempraktekan hal itu dalam kehidupan mereka. Menyuburkan Zakat, infak sedekah serta wakaf. Sebagaiman catatan sejarah, dimasa kepemimpinan saidina Abu bakar Asyidik, beliau memerangi orang-orang musrik yang enggan membayar zakat. Saidina Ummar bin Khatab pula, ketika menjadi Amirul Muk’minin, pernah memikul gandum dengan pundaknya sendiri untuk diberikan kepada keluarga miskin yang sedang kelaparan dan Mewakafkan sebidang tanah di Khaibar. Demikian halnya Saidina Usman bin Afan, dimana sejarah mencatat bahwa beliau memiliki kekayaan dan kedermawanan yang luarbiasa, mulai dari membeli sumur dari seorang Yahudi untuk diwakafkan. Bahkan sampai hari ini rekening wakaf Saidina Usman bin Afan masih aktif dan memberikan kemanfaatan sosial bagi umat Islam. Bahkan beliau bersama Sahabat Abdurrahman bin Auf juga pernah mendatangi Rasulullah dengan membawa hartanya untuk membiayai perang Tabuk, Usman menyumbangkan seluruh hartanya sehingga mencapai 900 ekor unta dan 100 ekor kuda. Belum lagi uang yang jumlahnya ribuan dirham. Sementara sahabat Abdurrahman bin Auf mendonasikan ratusan keping emas. Peristiwa inilah menurut Prof Quraish Shihab dalam karyanya Tafsir Al-Mishbah, menjadi asbabunuzul Surat Al-Baqarah ayat 261 :

مَّثَلُ ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمۡوَٰلَهُمۡ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنۢبَتَتۡ سَبۡعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنۢبُلَةٖ مِّاْئَةُ حَبَّةٖۗ وَٱللَّهُ يُضَٰعِفُ لِمَن يَشَآءُۚ وَٱللَّهُ وَٰسِعٌ عَلِيمٌ ٢٦١

261. Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui


Sementaraitu, Saidina Ali bin Abi Thalib pula terkenal dengan semangat pembelaan kepada orang-orang miskin. Beliau menegaskan bahwa ", Kemiskinan adalah kejahatan, dan jika dia berbentuk manusia makan akulah orang pertama yang membunuhnya, sebab setiap kali kemiskinan itu memasuki sebuah kampung, maka pastilah kekufuran akan menyertainya.


اللهُ أكْبَرُ، اللهُ أكْبَرُ، الله أكبر وَللهِ الْحَمْدُ.

Maâsiral Muslimîn rahimakumulLâh

Bulan Ramadhan adalah bulan kedermawanan, pesan-pesan kedermawanan tersimpul dalam sabda Rasulullah SAW, yang artinya “Sedekah paling utama adalah sedekah di bulan Ramadhan.” (HR At-Turmudzi dari Anas). Dan hadist lainnya, "Barangsiapa memberi makanan untuk berbuka puasa kepada orang yang berpuasa, ia berhak atas pahalanya tanpa mengurangi sedikit pun pahala orang yang berpuasa." (HR Ahmad dan Tirmidzi).  Hadits-hadits inilah yang memotifasi kita untuk menyuburkan semangat kedermawanan di bulan Ramadhan. Infak, sedekah, santunan anak yatim dan dhuafa menjadi sangat marak. Ada yang melakukannya dengan pemberian ta’jil dijalan-jalan menjelang berbuka puasa, santunan anak yatim dan dhuafa, dan sampailah akhirnya pada bingkisan idul fitri yang membudaya dengan sebutan THR.


Ramadhan, diakhir dengan sedekah wajib, yakni zakat fitrah. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Abu Daud yang artinya: “Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam mewajibkan zakat fitrah untuk menyucikan orang yang berpuasa dari bersenda gurau dan kata-kata keji, dan juga untuk memberi makan orang miskin. Barangsiapa yang menunaikannya sebelum shalat  maka zakatnya diterima dan barangsiapa yang menunaikannya setelah shalat maka itu hanya dianggap sebagai sedekah di antara berbagai sedekah.” (HR. Abu Daud).


اللهُ أكْبَرُ، اللهُ أكْبَرُ، الله أكبر وَللهِ الْحَمْدُ.

Maâsiral Muslimîn rahimakumulLâh

Latihan kedermawanan selama Ramadhan hendaknya berbekas dalam kehidupan kita 11 bulan setelah Ramadhan. Wabah Covid-19 yang tidak jelas kapan berakhirnya ini, harus dapat ditanggulangi dengan menyuburkan semangat kedermawanan ummat. Zakat harus terpotensikan dengan baik, dikelola oleh para Amil yang A’lim, demikian pula halnya dengan infak sedekah dan wakaf hendaknya dapat menjadi penopang dalam meringankan beban kalangan duafa serta mereka yang terdampak akibat wabah covid-19 ini. Hapus air mata dan kesedihan mereka para dhuafa, anak yatim dan orang-orang fakir miskin dengan kedermawanan mu. Bantulah mereka dalam memenuhi kebutuhan makan minum, tempat tinggal dan sanitasi mereka sehari-hari, beri kesempatan kepada anak-anak mereka untuk mengecap pendidikan, jangan hanya janji, urusilah kesehatan mereka, beri kesempatan kepada mereka untuk bekerja dan berusaha.


Untuk itu, melalui semangat Idul Fitri 1442 H yang masih diganggu oleh wabah Covid-19 didalamnya, mari kita bertekat untuk menyuburkan kedermawanan Islam, mempotensikan zakat melalui peninkatan pemahaman dan ketaatan muzaki dalam membayar zakat terutama pada zakat Mal. Meningkatkan kepercayaan kepada pengelola zakat terutama BAZNAS, supaya zakat tidak salah sasaran dan benar-benar dapat menjadi komplementer pembangunan berbasis mustahik. Meningkatkan sumberdaya Amil, supaya dapat dipercaya karena Amil seyokyanya adalah mereka yang a’lim.


Demikian pula dengan infak, sedekah dan wakaf, mari kita semangati supaya berkembang bukan hanya besifat penyelamatan, namun pada waktunya juga harus digeser menjadi potensi keuangan sosial yang dapat memberikan kesempatan berusaha dan bekerja kepada kaum dhuafa.


بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِوَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِوَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

 

 Khotbah II

 

 اللهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ (4×) اللهُ اَكْبَرْ كبيرا وَاْلحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً وَ أَصْيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَللهِ اْلحَمْدُ

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ, أَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٌ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ

أَمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَ اللهِ ... اِتَّقُوْا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ تَعَالَى صَلَّى عَلَى نَبِيِّهِ قَدِيْمًا: إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلىَ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ. وَبَارِكْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلىَ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدُّعَاءِ، اللهم إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى.,

 

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْـفِـرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ،

 

Yaallah Ya Tuhan Kami, disaat ini kami menadahkan tangan seraya memanjadkan doa kehadirat mu, kiranya Engkau perkenankanlah Doa Kami


Wahai Allah Tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha Penyang, Muliakanlah kedua orang tua kami, mereka yang telah membesarkan kami, yang mengajarkan cinta dan kasih sayang, mereka yang selalu terganggu tidurnya oleh tanggisan kami dimasa kecil, sekerianya mereka masih hidup, berikan kesempatan dan kelapangan kepada kami untuk dapat membahagiakannya. Namun jika mereka sudah tiada, wahai Allah, lapangkanlah kubur mereka, bahagiakanlah mereka disisi mu dan sampaikanlah segala amal baik yang selalu kami tujukan untuk mereka.


Wahai Allah tuhan yang memiliki segala kekuasaan dan keagungan, disaat kami merayakan Idul Fitri 1442 H hari ini, Kami tengah menghadapi wabah virus Covid-19 , maka lindungilah kami semua dari bahaya yang ditimbulkannya, Untuk itu, Ya Allah Ya Tuhan kami. Hindarkanlah kami dari malapetaka, bala dan bencana, kekejian dan kemunkaran, sengketa yang beraneka, kekejaman dan peperangan, yang tampak dan tersembunyi dalam negara kami khususnya, dan dalam negara kaum muslimin umumnya. Sesungguhnya Engkau Ya Allah Maha Berkuasa atas segala sesuatu.”


 رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

 عِبَادَ اللهِ :إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. ولذكرالله أكبر

 

اللهُ أكْبَرُ، اللهُ أكْبَرُ، الله أكبر وَللهِ الْحَمْدُ.

"Taqabbalallaahu Minna Wa Minkum Taqabbal Yaa Kariim".


******

 

 

 

No comments:

Post a Comment