Covid-19 Sebuah Ujian dan Pembelajaran
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
* اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، * اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ،
* اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، * وَللهِ الْحَمْدُ،
اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاَ. لآ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ، وَنَصَرَ عَبْدَهُ، وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ اْلأَحْزَابَ وَحْدَهُ.
إنَّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَ نَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَـغْفِرُهُ, وَنَعُوْذُ بِالله ِمِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَ مِنْ سَـيِّأَتِ أَعْمَالِنَا , مَنْ يَهْدِهِ الله فَلاَ مُضِلَّ لَهُ , وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَه
أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِينَ وَتَابِعِيْهِمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ.
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ الله، اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
أعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطنِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Alhamdulillâhi Rabbil al-âlamîn, segala pujian milik Allah SWT, Tuhan semesta alam. Shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada junjungan dan suri teladan kita, Rasulullah Muhammad Saw, kepada keluarga dan para sahabatnya serta kepada seluruh umatnya yang senantiasa menaati risalahnya dan berjuang tak kenal lelah untuk menerapkan dan menyebarluaskan risalah itu ke seluruh pelosok dunia hingga akhir zaman.
Tatkala mentari sudah hampir terbenam di ufuk barat pada sore 30 Ramadhan kemaren, hari pun beranjak gelap pertanda senja akan tiba, dan Ramadhan 1441 H pun pulanglah sudah, Tamu istimewa itu meninggalkan kita untuk selama-lamanya, dengan membawa serta pelbagai kisah tentang bagaimana kita memperlakukannya ketika bersama, selama sebulan penuh.
Ada kisah tentang kemenagan dan kesukacitaan, adapula kisah tentang kesia-siaan, serta ada pula cerita tentang kecelakaan dalam kefanaan. Bagi golongan yang sukses ibadah ramadhannya Idul Fitri menjadi hari kemenangan dan kebahagian yang tiada taranya, merekalah yang berhak menyandang gelar Mutaqin serta diampuni oleh Allah SWT segala dosa-dosanya.
Namun kesia-siaanlah bagi mereka, golongan yang hanya mendapat lapar dan dahaga, karena amalan puasanya tidak bernilai disisi Tuhannya, hal itu disebabkan Ibadah Ramadhan yang dilaksankan tidak dilandasi oleh keimanan yang sempurna kepada Allah SWT.
Golongan ketiga adalah mereka yang celaka, yakni golongan muslimin yang sedikitpun tidak mengindahkan kehadiran Ramadhan tercinta karena difanaakan oleh kehidupan dunianya. Mereka merasa berat dengan hadirnya Ramadhan, karena kegemaran maksiat mereka terbatasi karena banyak tempat-tempat maksiat yang harus tutup di bulan mulia ini.
Setiap orang dengan catatannya masing-masing, maka berbahagialah mereka golongan pertama dan merekalah yang layak dinyatakan sebagai pemenang yang sesungguhnya.
اللهُ أكْبَرُ، اللهُ أكْبَرُ، الله أكبر وَللهِ الْحَمْدُ.
Maâsiral Muslimîn rahimakumulLâh
Sebagaimana firman Allah SWT pada Surat Albaqarah Ayat 184:
وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Yang artinya, “Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur”. Ayat diatas menegaskan kepada kita untuk melantunkan takbir sebagai tanda m kemenagan setelah ibadah puasa telah kita laksanakan selama sebulan Ramadhan.
Takbir sebagai tanda kemenangan itu juga merupakan bentuk kesyukuran kita akan segala nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT, karena Ramadhan merupakan nikmat terbesar bagi kita semua, dimana didalamnya Allah SWT memberikan pasilitas berupa Rahmah, Maqfirah dan Itqun Minan Nar.
اللهُ أكْبَرُ، اللهُ أكْبَرُ، الله أكبر وَللهِ الْحَمْدُ.
Maâsiral Muslimîn rahimakumulLâh
Bagi seorang muslim, rahmat Allah SWT adalah segala-galanya, karena dengan rahmat itu nyaris tidak ada lagi halangan dan kesulitan dalam kehidupan, jiwanya menjadi tenang, kehidupan terasa indah dan bahagia. Rahmat Allah SWT tidak dapat diukur secara positifis, karena tidak terdapat satu alat pun baik manual maupun digital yang mampu menghitung kuantitasnya, karena dia hadir dalam rasa dan perasan orang yang dititipkan sebagai rahmat tersebut.
Ramat Allah SWT mengalir dalam jiwa seseorang sehingga menyebabkan seseorang itu menjadi pribadi yang paripurna, baik perangainya, sopan tutur katanya dan tinggi budi bahasanya. Sebgaimana firman Allah SWT
مَا يَفْتَحِ اللّٰهُ لِلنَّاسِ مِنْ رَّحْمَةٍ فَلَا مُمْسِكَ لَهَا ۚوَمَا يُمْسِكْۙ فَلَا مُرْسِلَ لَهٗ مِنْۢ بَعْدِهٖۗ وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ
“Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorangpun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah maka tidak seorangpun yang sanggup melepaskannya sesudah itu. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS.Fathir:2)
Begitu pula halnya dengan Maqfirahnya Allah atau ampunan Nya. Setelah memberikan pasilitas Rahmat, Allah SWT juga mengampuni dosa-dosa orang yang benar dalam menjalankan ibadah puasa dibulan Ramadhan. Mereka yang diampuni dosanya hari ini seperti terlahir kembali dalam dalam keadaan fitri.
Diantara pasilitas yang Allah SWT sediakan bagi orang yang menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan adalah Itqun Minan Nar atau terbebas dari siksaan neraka. Ini merupakan terminal akhir dari Ramadhan, ketika Allah melimpahkan rahmatnya kepada kita, maka dengan rahmat itu jiwa menjadi lebih tenang sehingga hati menjadi lebih khusyuk beribadah kepada Allah SWT. Kualitas dan kuantitas ibadahnya menjadi meningkat. Keikhlasan dan kekhusukan kita beribadah di bulan Ramadhan itu mengundang keampunan dari Allah SWT atas segala dosa-dosa kita. Sehingga pada akhirnya Allah SWT membebaskan kita dari siksaan neraka.
Inilah nikmat yang sesungguhnya dan inilah kemenangan yang utama yang diberikan kepada setiap muslim yang benar-benar menjalankan ibadah dibulan Ramadhan dengan iman yang sempurna. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ اِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَلَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Artinya “Barangsiapa yang berpuasa pada bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala (ridha Allah), maka diampuni dosa-dosanya yang terdahulu” (HR. Bukhari).
اللهُ أكْبَرُ، اللهُ أكْبَرُ، الله أكبر وَللهِ الْحَمْدُ.
Maâsiral Muslimîn rahimakumulLâh
Ramadhan dan Idul Fitri kali ini kita laksankan dalam suasana yang berbeda. Tidak seperti biasanya, kegembiraan Ramadhan begitu gegap-gempita, kali ini mengalir begitu saja, syukuran menyambut Ramadhan di penghujung Sya’ban tidak dapat lagi dilaksankan , Suara Imam, Bilal, Mubaligh serta Tadarusan yang sahut-bersahut berkumandang menghiyasi malam-malam bulan ramadhan, kini hanya terdengar sayu-sayup dari kejauhan.
Wabah virus Corona atau disebut juga dengan Covid-19 menjadi punca penyebabnya, Wabah yang berawal dari sebuah kota Wuhan di China pada pertengahan Desember 2019 itu dengan cepat menyebar keseluruh penjuru dunia, tidak peduli etnik, warna kulit, suku bangsa semuanya terimbas dengan makhluk Allah yang satu ini.
Virus dengan ukuran yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang bahkan mikroskop biasa ini mampu meluluh lantakkan semua rencana dan agenda. Dunia sekan berhenti seketika, ekonomi dunia merosot, Para pemimpin panic dan masyarakat gelisa. Belum ditemukannya obat penangkal atau vaksin atas virus ini menyebkan pembatasan sosial sebagai solusi sementara, orang disuruh berdiam dirumah aktifitas diluar rumah dibatasi, aktifitas berkumpul yang melibatkan banyak orang dilarang bahkan saat ini diberlakukan pula pembantasan sosial bersekala besar (PSBB) yang tentu tidak sebatas anjuran namun meningkat kepada penindakan hukum bagi pelaku yang tidak taat kepada aturan pembatasan tersebut.
Disaat itulah kita melaksankan Ramadhan, bulan yang ditunggu-tunggu oleh setiap ummat Islam itu juga terimbas oleh wabah tersebut, sehingga masjid dan mushala tidak lagi seperti biasa karena setiap orang harus beribadah dirumahnya masing-masing. Inilah cobaan serta pelajaran terhebat bagi kita generasi Islam saat ini.
اللهُ أكْبَرُ، اللهُ أكْبَرُ، الله أكبر وَللهِ الْحَمْدُ.
Maâsiral Muslimîn rahimakumulLâh
Kita yakin bahwa wabah ini bukan kebetulan namun merupakan sebuah takdir yang sudah ditentukan Allah SWT kepada kita semua, untuk itu sepantasnyalah kita dapat mengambil hikmah dari ketentuan Allah SWT tersebut, sebagaiman firman Allah SWT :
كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَّكُمْ ۚ وَعَسٰٓى اَنْ تَكْرَهُوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۚ وَعَسٰٓى اَنْ تُحِبُّوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ وَاَنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ ࣖ
Diwajibkan atas kamu berperang, padahal itu tidak menyenangkan bagimu. Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (Al-Baqarah 216)
Ayat diatas menjelaskan kepada kita ketentuan Allah SWT harus dijalani, karena boleh jadi apa yang kita lihat sebagai musibah disebaliknya tersimpan kebaikan yang tidak kita ketahui. Jika kita sedikit mengeser cara pandang kita dari ketentuan Allah SWT diatas, maka akan terlihat beberapa hikmah yang dapat dipetik dari persistiwa yang kita alami saat ini.
Mewabahnya covid-19 menyadarkan semua manusia akan pentingnya kehidupan yang bersih, mandi dan mencuci tangan, mengkonsumsi makanan-makan halal yang diproses secara halal pula kesemua ini tidak lain merupakan ajaran Islam yang diajarkan oleh Baginda Rasulluh Muhammad SAW kepada kita melalui hadits-hadits beliau.
Bahkan untuk mencegah penularan wabah ternyata rasulullah SAW adalah orang pertama didunia yang memiliki solusi melalui hadits yang artinya: “Apabila kalian mendengar ada suatu wabah di suatu daerah, maka janganlah kalian mendatanginya. Sebaliknya, kalau wabah tersebut berjangkit di suatu daerah sedangkan kalian berada di sana, maka janganlah kalian keluar melarikan diri daripadanya. (Shahih Muslim No.4114)”. Hadist inilah yang menguatkan Kholifah Ummar RA untuk kembali ke Madinah ketika perjalanan menuju Syam, karena ditengah perjalanan beliau didatangi Pemimpin Syam yakni Abu Ubaidah bin Jarrah RA, yang menyatakan bahwa negeri Syam saat itu sedang dilanda satu wabah penyakit. Mendengar kabar itu, Saidina Umar mengajak rombongannya bermusyawarah, dan akhirnya memutuskan untuk membatalkan kunjungan ke Syam dan kembali ke Madinah. Lalu mereka pun mengikutinya. Abu Ubaidah bin Jarrah RA. Bertanya, “Apakah untuk menghindari takdir Allah? Umar menjawab, Kalau saja bukan engkau yang mengatakan itu, hai Abu Ubaidah! Umar memang tidak suka berselisih dengan Abu Ubaidah. Ya, “kita lari dari satu takdir Allah ke takdir Allah yang lain”, Apa pendapatmu seandainya engkau mempunyai seekor unta yang turun di suatu lembah yang memiliki dua lereng, yang satu subur dan yang satu lagi tandus, apakah jika engkau menggembalakannya di tempat yang subur itu bukan berarti engkau menggembalakanya karena takdir Allah? Begitu pun sebaliknya, kalau engkau menggembalakannya di tempat yang tandus, bukankah engkau menggembalakanya karena takdir Allah juga? Lalu datanglah Abdurrahman bin Auf RA, yang mengatakan bahwa beliau memiliki pengetahuan dengan masalah yang diselisihkan itu dengan menyampaikan hadist diatas.
اللهُ أكْبَرُ، اللهُ أكْبَرُ، الله أكبر وَللهِ الْحَمْدُ.
Maâsiral Muslimîn rahimakumulLâh
Idul Fitri adalah kemenangan, kemenagan bagi orang-orang yang beriman. Kemenangan Ramadhan itu seharusnya menjadi motivasi bagi setiap kita dalam mengarungi kehidupan sebelas bulan setelah Ramadhan.
Bila diwaktu Ramadhan kita menang mengalahkan hawa nafsu kita dengan berpuasa, maka disebelas bulan lainnya jangan hendaknya kita tewas olehnya. Karena hawa nafsu hanya akan membawa kita kelembah kehinaan dan kenistaan. Sebagaimana Firman Allah Dalam Surat At Tin :
لَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ فِيْٓ اَحْسَنِ تَقْوِيْمٍۖ ثُمَّ رَدَدْنٰهُ اَسْفَلَ سٰفِلِيْنَۙ اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ فَلَهُمْ اَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُوْنٍۗ
Artinya: Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya, kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya,kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan; maka mereka akan mendapat pahala yang tidak ada putus-putusnya. (At-Tin 4 sd 6)
Betapa banyak kerusakan yang terjadi pada saat ini disebabkan ketika manusia tidak mampu mengendalikan hawa nafsu. Hancurnya keharmonisan rumah tangga akibat perselingkuhan baik yang dilakukan oleh Suami maupun Isteri. Gagalnya pendidikan anak-anak, putra-putri kita hanya disebabkan pergaulan bebas dan konsumsi narkoba.
Demikian pula halnya keserakahan nafsu manusia menyebabkan alam menjadi rusak, hilangnya hutan, efek rumah kaca akibat banyaknya produksi gas karbon dari cerobong-cerobong industry dan kederaan, terjadinya pemanasan gelobal, naiknya permukaan laut semuanya disebabkan ulah tangan-tangan manusia yang tidak pernah puas mengikuti hawa nafsunya.
Bahkan hawa nafsu juga menjerat kita untuk merusak tatanan kebangsaan, gagalnya pembangunan akibat banyak uang rakyat yang di korupsi, tidak tegaknya hukum disebabakan jaul beli pasal dan sogok menyogok diantara berbagai pihak, semua itu bermula dari ketika hawa nafsu tidak dapat dikendalikan.
Berkali-kali rhamadan, berkali-kali latihan mengawal hawanafsu telah dilakukan namun begitu ramadhan berakhir tidak tampak kesan yang menyeluruh sebagai bentuk perubahan atas sikap dan prilaku kita, agaknya inilah salah satu pelajaran mengapa Allah menghadirkan makhluknya bernama Covid-19 ini.
Hadirnya wabah ini memaksa keserakahan manusia untuk berhenti seketika, intitusi ekonomi yang tidak kenal siang atau malam untuk mencetak uang terpaksa harus berhenti beroprasi, orang tua modern yang biasanya hanya menjadikan rumahnya tempat persinggahan dan ganti sepatu, kini harus stay at home. Saat itu, mereka harus kembali memposisikan diri sebagai ibu, ayah dan anak. Saatnya tidak lagi menitipkan anak kepada pembantu, hanya berharap pendidikan dari lembaga pendidikan, saatnya seorang suami bisa memahmi istrinya dan seorang istri melayani suminya, memantau lebih dekat pendidikan anak terutama pendidikan agamanya.
اللهُ أكْبَرُ، اللهُ أكْبَرُ، الله أكبر وَللهِ الْحَمْدُ.
Maâsiral Muslimîn rahimakumulLâh
Ramadhan telah membentuk kita menjadi insan yang muttaqin. Ketaqwaan kepada Allah, merupakan syarat utama muslim untuk selalu menang dalam kehidupannya. Secara sederhana taqwa itu adalah implementasi hidup yang hanya meletakkan Allah SWT sebagai satu-satunya tujuan dalam kehidupan. Sehinga dengan demikian hanya Allah SWT saja yang patut disembah dan hanya kepadanya tempat meminta pertolongan dan pengharapan إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ. Segala perintah Nya wajib ditaati dan segala laranggannya wajib ditinggalkan.
Bagi seorang muslim ketaqwaan merupakan bekal ampuh untuk menghadapi berbagai tantangan dalam kehidupan. Kenyataan wabah Covid-19 yang kita alami saat ini hanya dapat dipahami melalui ketaqwaan yang sempurna, bahwa semuanya datang dari pada Allah SWT. Kita harus menjalaninya dengan ikhtiar yang kuat, memanjatkan doa serta penyerahan diri kepada Allah SWT dengan sempurna.
Tidak dapat dipungkiri, Covid-19 selain mengancam jiwa, wabah ini juga menyebabkan kesulitan ekonomi, muncunya PHK, implasi harga, rendahnya daya beli sampailah kepada meningkatnya angka penganguran dan kemiskinan. Semua itu merupakan cobaan bagi kita semua. Menguji keiman kita, menguji keikhlasan kita dan menguji sejauhmana penyerahan diri kita kepada Allah SWT.
اللهُ أكْبَرُ، اللهُ أكْبَرُ، الله أكبر وَللهِ الْحَمْدُ.
Maâsiral Muslimîn rahimakumulLâh.
Pagi ini kita meraya Idul Fitri dengan penuh suka cita. Bersama segenap keluarga tercinta, Ayah bunda, Suami Istri, meskipun tidak seperti biasa kita dapat berhimpun pepat bersama mereka Kakak beradik, saudara dekat dan jiran tetangga. Kebahagian Idul Fitri itu hadir tetap hadir dalam jiwa yang fitri. Saling memberi dan menrima maaf, meski tidak melakukan kunjung mengunjung diantara keluarga dan jiran tetangga. Ini dapat dilakukan melalui media sosial yang dapat digunakan.
Untuk itu dipagi yang bahagia ini sembari kita meraya idul fitri sebagai tanda kesyukuran, mari kita doakan kepada mereka orang-orang yang pernah berjasa dalam kehidupan kita, kedua orang tua kita, karena kita tidak akan pernah tahu seluruhnya betapa besar pengorbanan mereka untuk membesarkan kita, dan membahagiakan kita terutama dalam menyambut idul fitri ini.
Jika mereka telah tiada, kunjungilah mereka dan siramilah mereka dengan doa ikhlas mu sebagai seorang anak yang sholeh, ingatlah mereka dalam setiap sedekah dan kebajikan yang engkau lakukan supaya Allah SWT mengalirkan pahala kebajikan itu kepada mereka.
Kepada para guru, ustadz dan Ustazah yang pernah mengajari kita pengetahuan terutama pengetahuan agama, semoga Allah SWT selalu melipat gandakan pahala mereka. Kepada para syuhada pejuang-pejuang Islam dipenjuru dunia yang saat ini kokoh memengang panjji Islam, semoga Allah melindungi mereka mengucurkan rahmatnya kepada mereka sembari selalu mengokohkan jiwa mereka. Kepada masyarakat muslim yang saat ini menderita akibat deraan politik negaranya kita mendokan semoga Allah SWT menyelamatkan mereka.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khotbah II
اللهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ (4×) اللهُ اَكْبَرْ كبيرا وَاْلحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً وَ أَصْيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَللهِ اْلحَمْدُ
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ, أَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٌ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
أَمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَ اللهِ ... اِتَّقُوْا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ تَعَالَى صَلَّى عَلَى نَبِيِّهِ قَدِيْمًا: إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلىَ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ. وَبَارِكْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلىَ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدُّعَاءِ، اللهم إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى.,
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْـفِـرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ،
Yaallah Ya Tuhan Kami, disaat ini kami menadahkan tangan seraya memanjadkan doa kehadirat mu, kiranya Engkau perkenankanlah Doa Kami
Wahai Allah Tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha Penyang, Muliakanlah kedua orang tua kami, mereka yang telah membesarkan kami, yang mengajarkan cinta dan kasih sayang, mereka yang selalu terganggu tidurnya oleh tanggisan kami dimasa kecil, sekerianya mereka masih hidup, berikan kesempatan dan kelapangan kepadakami untuk dapat membahagiakannya. Namun jika mereka sudah tiada, wahai Allah, lapangkanlah kubur mereka, bahagiakanlah mereka disisi mu dan sampaikanlah segala amal baik yang selalu kami tujukan untuk mereka.
Wahai Allah tuhan yang memiliki segala kekuasaan dan keagungan, disaat kami merayakan Idul Fitri 1441 H hari ini, Kami tengah menghadapi wabah virus Corona, maka lindungilah kami semua dari bahaya yang ditimbulkannya, Untuk itu, Ya Allah Ya Tuhan kami. Hindarkanlah kami dari malapetaka, bala dan bencana, kekejian dan kemunkaran, sengketa yang beraneka, kekejaman dan peperangan, yang tampak dan tersembunyi dalam negara kami khususnya, dan dalam negara kaum muslimin umumnya. Sesungguhnya Engkau Ya Allah Maha Berkuasa atas segala sesuatu.”
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ :إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. ولذكرالله أكبر
اللهُ أكْبَرُ، اللهُ أكْبَرُ، الله أكبر وَللهِ الْحَمْدُ.
"Taqabbalallaahu Minna Wa Minkum Taqabbal Yaa Kariim".